Jalan berbatu membangunkan saya dari lelap. Yang bisa saya lihat hanya pekat mengapit dan bias cahaya lampu kendaraan saya yang bersusah payah memecah kabut. Sesekali saya melintasi rumah atau mungkin toko yang terlihat serupa tanpa ada pendar lampu. Rupanya tak ubah kotak-kotak hitam yang bergeming. Pukul 03.30 dini hari, sudah satu setengah jam saya meninggalkan Kuta yang masih dirangkul sepi. Bergulir tak berkawan di lengangnya Kintamani. Bahkan 1 kantor polisi yang sempat saya singgahi pun hening tak berhuni. Sepertinya tak ada yang harus diwaspadai sehingga aparat lebih memilih terlelap terbuai dinginnya Kintamani.
Bangunan-bangunan yang hanya diterangi binar kecil kini tak lagi mengiringi laju saya. Hanya kelam dan jalanan yang saya rasakan makin menanjak dan makin sering berkelok. Tak banyak info yang saya dapat tentang Desa Pinggan. Adapun beberapa info yang didapat semuanya menyajikan informasi berbeda. Tentang rute, tentang akses pun tentang kondisi jalan. Tak ada yang bisa saya jadikan pegangan, hanya ada satu kesamaan, semuanya menyebutkan tentang pohon cinta yang sering dijadikan patokan para pemburu surya menantikan sang surya menggeliat dari balik barisan gunung, beranjak meninggalkan cakrawala merayapi mega.
Saya melambatkan laju kendaraan, hanya menerka-nerka di mana gerangan sang pohon cinta. Beruntung kabut sudah enggan bertengger di ketinggian saat ini. Meskipun masih tak bercahaya, siluet-siluet pohon bisa saya rasakan berlari kecil meninggalkan saya. Di salah satu ruas jalan saya sempat menangkap bayangan pohon yang berdiri di ujung bukit kecil, pongah menentang dingin yang menusuk. Entah sudah berapa lama pendingin saya matikan sejak jendela kendaraan saya turunkan demi mendapati pandangan yang lebih jelas akan sosok pohon cinta di tengah pekat malam. Yang membuat saya yakin, tak jauh dari siluet pohon terdapat pelataran yang cukup luas dan saung bambu. Tepat pukul 4 dini hari saya keluar dari kendaraan. Tak ada persiapan untuk menghalau dingin, saya hanya berselimutkan handuk mandi dari hotel yang menutupi selembar kaos tipis dan celana pendek. Namun entah mengapa saya menikmati dingin berkawan angkasa yang masih bertaburan bintang. Nyatanya saya bisa terlelap sejenak.
Pukul 5, langit di sebelah kiri saya bersemu merah. Tak lama ada 2 orang pemuda yang rupanya berprofesi sebagai fotografer mengucap salam sambil terus berjalan ke tanah lapang tak berumput dan menyalakan api unggun. Setidaknya saya semakin yakin kalau ini adalah benar salah satu titik di Desa Pinggan untuk menikmati surya beranjak dari lelapnya.
Sekeliling saya sepertinya mulai menanggalkan jubah kelamnya. Siluet kini berganti dengan wujud yang lebih bersahabat. Saya mulai bisa menikmati ilalang-ilalang yang tumbuh jangkung membatasi ujung tebing menampakan kabut menyemak 1300 meter di bawah. Pohon cinta mulai nampak ranting dan helai daunnya, yang ternyata hanya pohon liar biasa. Jauh di bawah sana, satu dua sorot lampu kendaraan mulai terlihat berlalu lalang menembus kabut. Di seberang saya menggeliat sosok Gunung Agung, Gunung Abang dan Gunung Batur berbaris rapi menemani saya menyambut pagi. Ketiganya bagai anak kecil yang berdiri saling adu berjingkat agar terlihat lebih tinggi dari lainnya. Paling rendah si Batur, disusul Abang lalu sang Agung yang paling tinggi.
![]() |
Dari ketinggian 1300 Mdpl |
![]() |
Kabut yang masih menutupi sebagian desa |
Saat beranjak pulang, pekat yang saya lewati ternyata petak-petak sawah dan perkebunan warga. Warga Desa Pinggan memang mayoritas petani. Mereka memanfaatkan udara sejuk untuk bercocok tanam sayur dan buah. Salah satunya adalah jeruk Kintamani.
Pukul 07.30 pagi saya beranjak meninggalkan pohon cinta di Desa Pinggan. Meskipun surya sudah bertahta di angkasa, Desa Pinggan tetap setia dengan sejuknya. Meninggalkan saung tempat saya terlelap sejenak berselimutkan handuk menanti surya menampakan hangatnya. Tak ada sesal terselip meskipun harus menembus malam, bergelung dengan handuk saat di terpa angin kencang di ketinggian. Terimakasih Batur, Abang dan Agung yang menemani saya sepanjang gelap hingga surya bersinar.
![]() |
Langit merekah |
Catatan C4ME :
1. Desa Pinggan berjarak 2 sampai 3 jam dari Kuta. (Disarankan menggunakan mobil)
2. Terletak di wilayah Kintamani. Patokan selain pohon cinta adalah bangunan abu-abu yang berfungsi sebagai tempat penampungan air.
3. Persiapkan bekal sarapan karena tidak ada warung di sekitar.
4. Gunakan baju yang cukup nyaman. Kondisinya tidak terlalu dingin (16-20 derajat) namun saat ada angin berhembus cukup terasa dingin.
5. Matahari muncul sekitar pukul 5-6 pagi tergantung bulan.
6. Tipikal dataran tinggi, semakin siang umumnya cuaca malah mendung dan gunung tertutup kabut
![]() |
Jalan-Jalan Jeprat-Jepret |
41 comments
Luar biasaaa viewnya. Jadi ngebayagin, gimana enaknya warga Desa Pinggan. Ga perlu jauh-jauh buat menikmati pesona seistimewa ini.
BalasHapusAsik ya tiap hari bisa liat view kaya gini
HapusKak leo pemandangan nya kueren,klau kesana paling saya ngak mau turn turun hehehe.
BalasHapusEh kak leo, foto mesranya ituloh jadi bikin baper...so romantisssss pakai bingit
iya, enaknya disini berlama2. Tp kl siang cenderung mendung sih. Pasangan itu turis asing lagi prewed hehehe
HapusOktober tahun lalu saya pernah mencoba meraih pagi di Pinggan, dan permasalahannya masih sama, tentang rute. Saya beriring-iringan dengan truk-truk pengangkut pasir dengan rute yang sangat sulit. Dan pada akhirnya saya menyerah, tapi pagi di Kintamani cukup menghangatkan hati hehehe. Keren bang Leo!
BalasHapusIya memang banyak truk pasir disana. Tapi kl subuh masih lengang sih hehe
HapusKeren mas dokumentasinya
BalasHapusMakasi mas
HapusPemandangannya seakan-akan kita berada di atas awan ya kak, keren banget. mengingatkanku akan kampung halaman di Tangse. iiih, kebanyang pasti dingin banget
BalasHapusIya ka liza, seneng bgt ada di sini. Viewnya luar biasa. Dingin lumayan lah hahaha
HapusWah... Keren view nya, bakalan betah dan gak mau turun kalau lihat seperti ini kak...
BalasHapusBetah banget cuma kl siang cenderung mendung sih disini
HapusIni desanya memang bagus banget, apalagi untuk foto prewed dan saat sunrise.
BalasHapusKeren artikelnya. :)
Makasi mas. Iya kl mau prewed harus rela bangun subuh2 dan kedinginan hehehe
HapusAaaaaaaaakkk mau banget ke Desa Pinggan! Mau nginep di sini 3 hari. Pemandangannya cakep banget tanpa harus susah payah mendaki-daki.
BalasHapusTerus koh, aku suka banget oaragraf pembuka kamu. Rimanya dapet banget.
Ga pake cape treking nih hehehe. Makasi kak nugi
HapusBagus banget.. fotonya cetar2! Emang harus subuh2 ya kalau mau ke sana, biar gak kehilangan moment terbaiknya.
BalasHapusMakasi kak...iya soalnya tipikal dataran tinggi, siang dikit pasti mendung
HapusKalau musim hujan kayaknya susah yaa dapet view begitu... biar pun berangkat dini hari..
BalasHapusKadang ada 1-2 hari di musim hujan justru langitnya lebih bersih dan sunrisenya lebih indah
Hapussukaaaaaa semua jepretan kamu.. ada yang prewed pula.
BalasHapusMakasi koh, iya tu niat banget subuh2 prewed
HapusCantik dan magis. Luar biasa indahnya...
BalasHapusIya mas, dan ga perlu susah2 treking untuk dapet view ini
HapusWih keren... sayang harus bangun pagi2 banget buat menikmati pemandangan kayak gitu... hehehe...
BalasHapusbtw, kok pohon cintanya ga ada fotonya mas?
Hahaha iya harus subuh2 malah. Nah itulah krn pohon cintanya hanya pohon biasa, ga ada yg spesial haha
HapusRasanya aku sudah lama nggak pergi ke gunung. Semoga Bali tetap aman ya.
BalasHapusSemoga Bali selalu aman koh
HapusWow pemandangannya bagus banget ! Baru tau soal daerah Pinggan ini. Adem banget kayaknya ya. Great photos Man !
BalasHapusAku udah beberapa kali ke Bali pengen ke desa pinggan ini tapi gatau jalannya lewat mana -_-
BalasHapusKe arah Kintamani aja mas, better sama yang udah pernah sih biar ga tebak2an kaya saya hehe
HapusGunungnya romantis , kabut pagi dengan sinar mentari yang baru menguap puitis, ada pohon cinta pula di sana. Jadi tak heran ya Ada sepasang kekasih dengan balutan baju atau gaun pengantin yang mengambil foto pre-wedding di sana. Hasilnya pasti menakjubkan. Perjalanan subuh yang berbalut handuk hotel doang di udara yang dingin terbayar sudah, ya Kak
BalasHapusTerbayar banget kak, suasananya bener2 bikin ga pengen beranjak
HapusAku agak nyesel sih baca ini.. Apalagi liat foto2nya. Tidaaaaa.... Mamaaaa.... Aku pengen ke sana...
BalasHapusHahaha, kirain kenapa. Semoga bisa kesana kak
Hapushmm, harus pagi-pagi terus petunjuknya nggak jelas pula, huwaaa mesti penuh jiwa petualangan tuh supaya nggak sebel-sebel sendiri karena nggak ketemu. nanti ke sini juga ahh..
BalasHapusIya, makanya kmrn spare waktu dr jam 2 krn berpikir akan pake nyasar2. Untung ga pake nyasar hehe
Hapusapa bener ada yang tukang palak mas disini? berdalih uang parkir/keamanan
BalasHapusSelama masih dibawah jam 7, masih aman kak krn kynya mereka belum pd bangun. Soalnya pas kita pergi, ada yang lagi prewed dimintai uang
HapusPemandangannya indah banget :) Rekomendasi hotel terdekat untuk menuju ke lokasi wisata ini apa namanya mas?
BalasHapusHotel terdekat di wilayah Kintamani mba
Hapus